Mobile Man with Money? Sumber gambar: www.geeknewsblog.com |
Istilah 3M atau MMM seolah lekat dengan dunia
penganggulangan HIV dan AIDS serta dunia Kesehatan Reproduksi. Apa lagi kepanjangannya
kalau bukan Man, Money, dan Mobile. Atau, sering pula istilah itu digabungkan
menjadi satu yaitu Mobile Man with Money. Artinya, laki-laki yang sedang bepergian,
entah dalam rangka tugas dari kantor yang berbekal setumpuk SPPD itu, atau
memang harus berada di kota atau bahkan negara yang berbeda yang
mengharuskannya untuk berada jauh dari keluarga.
Kenapa harus laki-laki? Apakah tidak ada perempuan yang juga
bepergian dan tinggal jauh dari keluarga karena tuntutan pekerjaan? Bukankah
kesetaraan gender saat ini telah membawa persamaan hak untuk bekerja antara
laki-laki dan perempuan? Ternyata, banyak penelitian membuktikan bahwa memang
masih laki-laki lah yang berkontribusi paling tinggi terhadap penyebaran
infeksi HIV ke orang lain. Dan orang lain itu sebagian besar adalah perempuan!
Istilah 3M sendiri sepertinya mengisyaratkan adanya 3 faktor
yang memungkinkan terjadinya penularan HIV yang dibawa oleh laki-laki. Lebih
tepatnya tinggal 2 (dua) faktor karena menjadi laki-laki itu sendiri (“man”) sudah
memenuhi salah satu faktornya. Tinggallah faktor kedua yaitu “mobile”, yang
bisa bermakna laki-laki tersebut sedang bepergian, sedang dalam perjalanan,
atau sedang tinggal di suatu tempat untuk waktu cukup lama sementara keluarga
berada di tempat atau kota yang lain. Kemudian faktor ketiga yaitu “money”,
bukankah ada kata bijak yang menyatakan bahwa akar kejahatan adalah uang?
Artinya, tanpa uang tak mungkin “man” bisa membeli seks komersil. Tanpa uang
tak akan ada istilah “om-om senang” dan “sugar daddy” atau “boda-boda men” di
salah satu negara Afrika.
Sebenarnya 3 syarat itu sendiri masih kurang jika ingin menularkan
HIV. Ada satu syarat lagi yang harus terpenuhi yaitu: keinginan. Tanpa
keinginan atau hasrat, tentu 3M tadi tak akan bermakna. Sayangnya, keinginan
itu timbulnya cepat karena ada pengaruh eksternal. Apa itu? Minuman dan
pertemanan. Dimana laki-laki berkumpul takkan lepas dari omongan tentang
pekerjaan dan perempuan. Benarkah? Hmm, mungkin hal ini harus diteliti lebih lanjut.
Lantas, apa yang dimaksud dengan perilaku beresiko? Bagi
laki-laki, jelas perilaku beresiko adalah perilaku yang mendatangkan resiko. Lha,
bukankah menjadi laki-laki harus berani menghadapi resiko? Kalau tidak berani
menerima resiko, bukan laki-laki dong namanya?
Benar sekali! Dalam kehidupan ini memang banyak resiko yang
harus ditanggung oleh laki-laki. Anda adalah kepala keluarga. Anda adalah tiang
penyangga keluarga. Anda adalah kebanggaan istri dan anak-anak Anda. Namun, dalam
hal penularan HIV dari orang ke orang ada resiko mutlak yang harus Anda
hindari. Apa itu? Resiko tertular. Tidak hanya tertular HIV namun juga berbagai
penyakit menular seksual lainnya.
Apa saja penyakit menular yang bisa didapat
akibat hubungan seks yang beresiko? Klik saja di web nya Komisi PenanggulanganAIDS Nasional (KPAN) pasti lengkap informasinya. Komisi ini secara teratur mengadakan
ajang Pertemuan Nasional (Pernas) yang membahas segala hal yang berkaitan
dengan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Tahun ini ada Pernas AIDS V
yang menandakan telah kelima kalinya pertemuan nasional itu diadakan. Dari informasi di web tersebut, Anda akan tahu kalau
perilaku beresiko itu antara lain: berganti-ganti pasangan seks dan berhubungan
seks secara tak aman alias tanpa pelindung.
Coba bayangkan, sebagai kepala keluarga yang menjadi tiang
penyangga dan kebanggaan keluarga, harus merana akibat terkena penyakit menular
seksual. Anda bolak-balik sakit dan tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga
tercinta. Masihkah layak Anda disebut penyangga dan kebanggaan keluarga?
Makanya, hindari perilaku beresiko dengan cara gampang.
Bunuh keinginannya! Anda bisa jadi sedang jauh dari keluarga, sedang tugas ke
luar kota, dan mempunyai banyak uang dari hasil pekerjaan Anda, tapi jika Anda
tak berkeinginan untuk membeli seks komersil tidak masalah kan? Selain itu,
supaya tak berkeinginan, kirimkan saja cepat-cepat uang yang Anda hasilkan ke
keluarga. Niscaya, keinginan itu akan hilang dengan sendirinya karena salah
satu syarat untuk transaksi sudah tidak ada.
Tapi keinginan itu begitu kuat, begitu kata Anda. Seperti
ada sesuatu yang menumpuk dan harus dikeluarkan biar lega, lanjut Anda lagi
menjelaskan. Belum lagi ada ajakan teman-teman yang tak enak dong untuk ditolak,
lanjut Anda lagi berupaya membela diri. Anda ini memang paling bisa memberikan
alasan.
Wah, kalau sudah begitu alasan Anda, sudahlah saya angkat
tangan saja. Anda silahkan saja berurusan dengan kawan saya. Kondom namanya.