Ketika seorang pasien dengan kecurigaan IMS datang pada dokter
atau seseorang datang pada konselor atau tenaga medis, maka mendapatkan riwayat
seksual dari orang yang bersangkutan itu sangat penting. Dari riwayat seksual dapat
diketahui banyak hal, dari mulai sumber infeksi sampai ke berapa banyak
kemungkinan infeksi telah menyebar.
Gambar dari Carapedia (Sumber Carapedia: clearwatercounselling.net) |
Riwayat seksual membantu tenaga medis atau konselor untuk
mengidentifikasi sejauh mana pasien atau orang tersebut beresiko terkena
infeksi menular seksual hingga infeksi HIV. Beberapa orang sangat tidak nyaman
membicarakan riwayat seksualnya. Seorang konselor atau tenaga medis harus bisa
menyatakan betapa pentingnya pemeriksaan ini. Mengambil dan mencatat riwayat
seksual itu harus ditekankan sama pentingnya dengan pemeriksaan medis atau
pemeriksaan fisik yang lain.
Sebelumnya berikan pengantar sebelum memulai mengambil
riwayat seksual. Berikut ini contoh dialog pembuka:
“Saya akan bertanya kepada anda beberapa pertanyaan tentang
kesehatan seksual anda dan praktek seksual anda. Saya mengerti kalau ini adalah
hal yang sangat pribadi, tapi ini penting untuk status kesehatan anda seutuhnya
nanti.”
“Untuk anda ketahui, saya menanyakan hal yang sama kepada
semua orang dewasa yang berobat/ konseling ke saya tanpa memandang usia, jenis
kelamin, atau status perkawinan mereka. Pertanyaan ini penting karena
menyangkut wilayah lain dari kesehatan fisik dan mental anda. Seperti pada
kunjungan anda terdahulu, informasi ini akan tetap dirahasiakan. Apakah anda mempunyai
pertanyaan sebelum kita mulai?”
Pada dasarnya pengambilan/ pencatatan riwayat seksual
terdiri atas 5 bagian besar yang biasa disebut dengan 5 P:
- Partners – Pasangan
- Practices – Praktek/ pengalaman seksual
- Protection from STDs – Perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual
- Past History of STDs – Pengalaman menderita/ mengidap IMS sebelumnya
- Prevention of Pregnancy – Pencegahan Kehamilan
Bisa saja ditambah bagian pertanyaan yang lain sesuai dengan
kondisi masing-masing konseli atau pasien.
Partners – Pasangan
Penting untuk menanyakan jumlah dan jenis kelamin dari
pasangan seksual si konseli atau pasien untuk melihat seberapa besar resikonya
untuk kemungkinan terkena/ mengidap IMS. Jangan pernah membuat asumsi pribadi
tentang orientasi seksual si konseli atau pasien.
Jika hanya 1 (satu) partner teridentifikasi selama 12 bulan
terakhir, pastikan untuk menanyakan berapa lama hubungan itu telah berlangsung.
Tanyakan juga tentang faktor resiko yang mungkin dimiliki oleh si partner
tersebut. Faktor resiko itu bisa saja berupa pasangan lain yang dimiliki si
partner atau pengalaman masa lalu si partner dengan obat-obatan atau narkotika.
Jika ternyata didapatkan ada lebih dari satu partner yang
teridentifikasi, pastikan untuk mengeksplorasi faktor resiko lain seperti
penggunaan proteksi atau kondom dan juga faktor-faktor resiko lain seperti
pasangan seksual sebelumnya dan riwayat penggunaan obat-obatan atau narkotika.
Berikut ini contoh dialognya:
“Apakah anda saat ini aktif secara seksual?”
“Jika tidak, kapan terakhir kali anda aktif secara seksual?”
“Dalam beberapa bulan terakhir, berapa pasangan seksual yang
anda miliki?”
“Dalam 12 bulan terakhir, berapa pasangan seksual yang anda
miliki?”
“Apakah partner seksual anda laki-laki, perempuan, atau
keduanya?”
Jika konseli atau pasien menjawab bahwa partner seksualnya
adalah dua-duanya (laki-laki dan perempuan) maka pertanyaan pertama dan kedua
di atas diajukan untuk setiap partner yang konseli atau pasien miliki. Walau
pasien atau konseli pernah seksual aktif di masa lalu dan tidak di masa
sekarang, adalah tetap penting untuk mengambil/ mencatat riwayat seksualnya.
Practices – Praktek/
pengalaman seksual
Jika si pasien atau konseli memiliki lebih dari satu
pasangan seksual selama 12 bulan terakhir atau misalnya dia berhubungan dengan
seorang partner yang juga berhubungan dengan orang lain, anda harus
mengeksplorasi praktek seksualnya, seperti misalnya, bagaimana praktek seksual
itu dilakukan dan apakah ada penggunaan proteksi/ kondom.
Bertanya tentang praktek seksualnya akan membantu penilaian
seberapa besar resikonya, seberapa baik strategi meminimalisir resiko tersebut,
dan penentuan test apa yang bisa dilakukan kasusnya, serta mengidentifikasi
dari bagian tubuh mana perlu diambil specimen untuk dilakukan test. Berikut ini adalah contoh dialognya:
“Saya akan lebih jauh menanyakan mengenai hubungan seks yang
anda lakukan selama 12 bulan terakhir ini untuk mengetahui seberapa besar
resiko anda mengidap Infeksi Menular Seksual.”
“Apa saja jenis hubungan seksual yang pernah anda lakukan?
Genital (penis masuk ke dalam vagina)? Anal (penis masuk ke dalam anus)? Oral
(mulut pada penis, vagina, atau anus)?
Protection from STDs
– Perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual
Untuk mengetahui lebih banyak tentang riwayat dan perilaku
seksual pasien atau konseli, usahakan menggunakan pertanyaan terbuka. Dari
jawaban yang diberikan, anda akan tahu bagaimana mengarahkan dialog untuk
memperoleh informasi sebanyak mungkin.
Perlu bagi anda untuk menentukan sejauh mana level atau
tingkatan pengurangan resiko yang dibutuhkan untuk masing-masing kasus per
pasien atau konseli. Jika pasien atau konseli memang memiliki hanya satu
pasangan selama 12 bulan terakhir maka dialog ke arah pengurangan resiko
mungkin tidak terlalu dibutuhkan.
Bagaimanapun juga, dalam beberapa situasi, anda harus bisa
mengeksplorasi si pasien atau konseli mengenai abstinensia, pandangan tentang
monogami, pemakaian kondom, dan persepsi pasien tentang resiko yang dihadapinya
dan resiko yang dihadapi pasangannya serta bagaimana kesiapannya untuk
melakukan serangkaian test dan bagaimana menghadapi hasil test tersebut. Berikut ini contoh dialognya:
“Apakah anda dan pasangan (pasangan-pasangan) menggunakan
proteksi untuk menghindari infeksi menular seksual? Jika tidak, bolehkah anda
sampaikan alasannya?”
“Jika anda menggunakan proteksi, proteksi jenis apa yang
anda dan pasangan (pasangan-pasangan) gunakan?”
“Berapa sering anda menggunakan jenis proteksi ini?”
Jika jawabannya, “kadang-kadang”, tanyakan lagi, “pada situasi
apa dan dengan siapa anda menggunakan proteksi tersebut?”
“Apakah anda mempunyai pertanyaan lain, atau adakah jenis
proteksi lain terhadap IMS yang ingin anda diskusikan saat ini?”
Past History of STDs
– Pengalaman menderita/ mengidap IMS sebelumnya
Sejarah IMS sebelumnya dapat membantu seberapa besar resiko
yang dia hadapi saat ini. Berikut ini adalah contoh dialognya:
“Apakah anda pernah didiagnosis mengidap IMS? Kapan?
Bagaimana pengobatan yang ada terima saat itu?”
“Adakah gejala berulang yang anda dapati?”
“Apakah anda pernah ditest untuk HIV atau jenis IMS lainnya?
Apakah anda ingin ditest saat ini?”
“Apakah partner anda saat ini (atau partner sebelumnya)
pernah didiagnosis atau diobati untuk IMS? Apakah saat itu anda juga ditest
untuk kasus IMS yang sama?”
“Jika ya, kapan anda ditest? Apa diagnosisnya saat itu?
Bagaimana pengobatannya saat itu?”
Prevention of
Pregnancy – Pencegahan Kehamilan
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dari 4 seksi
sebelumnya, anda bisa menentukan seberapa besar resiko si pasien atau konseli
tadi untuk hamil atau menjadi seorang ayah. Jika demikian, jangan lupa
menanyakan apakah kehamilan itu diinginkan atau tidak.
Pertanyaan yang diajukan harus tepat sesuai dengan jenis kelamin:
“Apakah anda saat ini sedang berusaha untuk hamil?”
“Apakah anda sadar akan kemungkinan anda bisa hamil (atau
menghamili pasangan anda)?”
“Apakah anda memakai sejenis kontrasepsi atau sedang
mempraktekkan cara untuk mengontrol kehamilan? Apakah anda memerlukan informasi
terkait cara-cara mengontrol kehamilan?”
Pada akhir wawancara pasien atau konseli bisa saja
memberikan informasi susulan atau pertanyaan yang sebelumnya tidak siap untuk
dia diskusikan bersama anda. Untuk itu silahkan tambahkan beberapa pertanyaan
seperti berikut:
“Apa hal lain tentang kesehatan seksual atau praktek seksual
lain yang harus kita diskusikan untuk menjamin kesehatan anda?”
“Apakah anda mempunyai perhatian khusus atau pertanyaan lain
berkaitan dengan kesehatan seksual atau praktek seksual yang ingin kita
diskusikan bersama?”
Pada akhir diskusi, sampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan akan keterusterangan yang telah pasien atau konseli berikan. Untuk
pasien dengan resiko IMS, perlu dipengaruhi untuk segera melakukan serangkaian
test dan perbaikan perilaku dalam hal penggunaan proteksi.
Bacaan:
Centers fos Disease Control and Prevention - Sexual Transmitted Disease
Apa Itu HIV dan AIDS - Kesehatan Reproduksi
Bacaan:
Centers fos Disease Control and Prevention - Sexual Transmitted Disease
Apa Itu HIV dan AIDS - Kesehatan Reproduksi
No comments:
Post a Comment