Apakah konseling itu?
Konseling adalah proses membantu
seseorang untuk belajar mencari solusi bagi masalah emosi, interpersonal dan
pengambilan keputusan, membantu klien menolong diri sendiri. Konseling
dilakukan baik untuk individu, pasangan atau keluarga, membantu individu
bertanggung jawab atas hidupnya dengan mengembangkan kemampuan pengambilan
keputusan yang bijak dan realistis, menimbang setiap konsekuensi dari perilaku,
memberikan informasi yang berfokus pada klien dan secara spesifik tertuju pada
kebutuhan, isu dan seputar klien sebagai individu, melalui proses internal, kolaboratif,
bertanggung jawab menuju pada suatu tujuan.
Dalam hal tersebut, termasuk juga
mengembangkan otonomi dan tanggung jawab diri pribadi klien dengan mempertimbangkan
situasi interpersonal, sosial/ budaya, kesiapan untuk berubah, mengajukan
pertanyaan, menyediakan informasi, mengulas opsi dan mengembangkan rencana
tindakan.
Melakukan konseling tidak mudah
namun juga tidak sulit karena itu seorang yang melakukan kegiatan konseling
seharusnya mengerti rambu-rambu pelaksanaan konseling agar tidak terjebak pada
kegiatan yang bukan konseling yakni bersikap mengarahkan, menyarankan,
menasehati, ngobrol, menginterogasi, membuat pengakuan, mendoakan, memberi
harapan, dan lain-lain.
Konseling. Sumber: theseedofhope.org |
Konseling HIV dan AIDS bersifat
komunikasi rahasia antara klien dan petugas kesehatan, bertujuan memungkinkan
klien menghadapi stres dan menentukan pilihan pribadi berkaitan dengan HIV dan
AIDS. Proses konseling termasuk melakukan evaluasi risiko penularan HIV
pribadi, memberikan fasilitasi perubahan perilaku, dan melakukan evaluasi
mekanisme coping ketika klien dihadapkan pada hasil tes positif (+).
Konseling pencegahan dan
perubahan perilaku guna mencegah penularan. Diagnosis HIV mempunyai banyak
dampak, ada dampak psikologik, sosial, fisik dan spiritual. HIV merupakan
penyakit yang mengancam kehidupan.
Adapun proses konseling adalah
sebagai berikut:
Tahap pertama: Dimulai dari
membina hubungan baik dan membina kepercayaan, dengan menjaga rahasia dan
mendiskusikan keterbatasan rahasia, melakukan ventilasi permasalahan, mendorong
ekspresi perasaan, diutamakan dapat menggali masalah, terus mendorong klien
menceritakannya.
Upayakan dapat memperjelas harapan klien dengan mendeskripsikan apa yang konselor dapat lakukan dan cara kerja mereka serta memberi pernyataan jelas bahwasanya komitmen konselor akan bekerja bersama dengan klien.
Upayakan dapat memperjelas harapan klien dengan mendeskripsikan apa yang konselor dapat lakukan dan cara kerja mereka serta memberi pernyataan jelas bahwasanya komitmen konselor akan bekerja bersama dengan klien.
Tahap kedua: Mendefinisikan dan
pengertian peran, memberikan batasan dan kebutuhan untuk mengungkapkan peran
dan batasan hubungan konseling, mulai dengan memaparkan dan memperjelas tujuan
dan kebutuhan klien, menyusun prioritas tujuan dan kebutuhan klien, mengambil
riwayat rinci dengan menceritakan hal yang
spesifik, menggali keyakinan, pengetahuan dan keprihatinan klien.
Tahap ketiga: Proses dukungan
konseling lanjutan yakni dengan meneruskan ekspresi perasaan/ pikiran, mengidentifikasi
opsi, mengidentifikasi ketrampilan, penyesuaian diri yang telah ada,
mengembangkan keterampilan penyesuaian diri lebih lanjut, mengevaluasi opsi dan
implikasinya, memungkinkan perubahan perilaku, mendukung dan menjaga kerjasama
dalam masalah klien, monitoring perbaikan tujuan yang terindentifikasi,
memberikan rujukan yang sesuai.
Tahap empat: Untuk menutup atau
mengakhiri hubungan konseling. Disarankan kepada klien dapat bertindak sesuai
rencana klien menata dan menyesuaiakan diri dengan fungsi sehari-hari, bangun
eksistensi sistem dukungan dan dukungan yang diakses, lalu mengidentifikasi
strategi untuk memelihara hal yang sudah beruhah baik.
Untuk pengungkapan diri harus didiskusikan
dan direncanakan, alur interval parjanjian diperpanjang, disertai pengenalan
dan pengaksesan sumber daya dan rujukan yang tersedia, lalu pastikan bahwa
ketika ia membutuhkan para konselor senantiasa bersedia membantu.
Menutup atau mengakhiri konseling
dengan mengatur penutupan dengan diskusi dan rencana selanjutnya, bisa saja dengan
membuat perjanjian pertemuan yang makin lama makin panjang intervalnya. Senantiasa
menyediakan sumber dan rujukan yang telah dikenali dan dapat diakses sambil memastikan
klien dapat mengakses konselor jika ia memilih untuk kembali ketika membutuhkan.
Tujuan Konseling HIV dan AIDS
Konseling HIV dan AIDS merupakan
proses dengan 3 (tiga) tujuan umum:
- Dukungan psikologik misalnya dukungan emosi, psikologi sosial, spiritual sehingga rasa sejahtera terbangun pada odha dan yang terinfeksi virus lainnya.
- Pencegahan penularan HIV dan AIDS melalui informasi tentang perilaku berisiko (seperti seks tak aman atau penggunaan alat suntik bersama ) dan membantu orang untuk membangun ketrampilan pribadi yang penting untuk perubahan perilaku dan negosiasi praktek aman.
- Memastikan terapi efektif dengan penyelesaian masalah dan isu kepatuhan
Cara untuk mencapai tujuan:
Mengajak klien mengenali
perasaannya dan mengungkapkannya , menggali opsi dan membantu klien membangun
rencana tindak lanjut yang berkaitan dengan isu yang dihadapi, mendorong
perubahan perilaku, memberikan informasi pencegahan, terapi dan perawatan HIV
dan AIDS terkini, memberikan informasi tentang institusi (pemerintah dan non
pemerintah) yang dapat membantu dibidang sosial, ekonomi dan budaya, membantu
orang untuk kontak dengan institusi diatas.
Membantu klien mendapatkan dukungan dari sistem jejaring sosial, kawan dan keluarga membantu klien melakukan penyesuaian dengan rasa duka dan kehilangan, melakukan peran advokasi, misalnya membantu melawan diskriminasi, membantu individu mewaspadai hak hukumnya, membantu klien memelihara diri sepanjang hidupnya, dan membantu klien menentukan arti hidupnya.
Selain isu yang berkaitan
langsung dengan HIV dan AIDS, klien dapat menyajikan serangkaian isu tentang
keadaan tidak langsung berkaitan dengan HIV terkait kebutuhan terapi spesifik
misalnya: disfungsi seksual, serangan panik dari isu terdahulu yang belum
terselesaikan (misalnya: isu seksual, ketergantungan napza), dan masalah
keluarga.
Bagaimana para pembaca? Tentu informasi di atas masih banyak kekurangannya, yuk kita diskusikan lebih lanjut di laman Facebook Apa Itu HIV dan AIDS. Atau tweet di @ApaItuHIV_AIDS
Disarikan dari berbagai sumber termasuk Pokdisus.
Bagaimana para pembaca? Tentu informasi di atas masih banyak kekurangannya, yuk kita diskusikan lebih lanjut di laman Facebook Apa Itu HIV dan AIDS. Atau tweet di @ApaItuHIV_AIDS
Disarikan dari berbagai sumber termasuk Pokdisus.
No comments:
Post a Comment