Dalam dunia penanggulangan HIV dan AIDS, para pegiat sosial
sering diperhadapkan dengan berbagai pertanyaan yang kadang sulit dijawab dan
kalaupun berhasil dijawab, masih membuat bingung orang yang bertanya.
Hal-hal sulit itu sebenarnya terbagi atas 2 bagian besar
yaitu Mitos dan Fakta. Apakah nyamuk bisa menularkan HIV, misalnya, adalah
pertanyaan yang terus menerus saya terima ketika melakukan sosialisasi awal
tentang HIV dan AIDS entah itu di sekolah atau pada masyarakat umum.
Supaya pembaca lebih paham mengenai mitos-mitos apa saja
yang berkembang di dunia penanggulangan HIV
dan AIDS, maka beberapa mitos yang saya sarikan dari beberapa sumber
akan kita bahas di sini.
Mitos Pertama “Saya
bisa terinfeksi HIV jika berada di sekitar orang yang HIV positif”
Berbagai fakta memperlihatkan bahwa HIV tidak ditularkan
melalui sentuhan, air mata, keringat, ataupun air ludah. HIV hanya ditularkan
melalui darah, semen (cairan kelamin laki-laki), cairan vagina, dan air susu
ibu. Dengan demikian anda tak akan terinfeksi HIV jika melakukan
kegiatan-kegiatan berikut:
- Menghirup udara bersama-sama dengan orang yang HIV positif
- Menyentuh dudukan toilet atau gagang pintu setelah disentuh orang yang HIV positif
- Minum dari mata air yang sama yang diminum orang yang HIV positif
- Berpelukan, berciuman, atau berjabat tangan dengan orang yang HIV positif
- Berbagi peralatan makan bersama orang yang HIV positif
- Menggunakan alat-alat olahraga di tempat fitness bersama-sama dengan orang yang HIV positif
Mitos yang Kedua
“Saya tak perlu khawatir menjadi HIV positif – obat-obat baru akan menjaga saya
tetap sehat”
Betul, obat yang disebut ARV (Anti Retro Viral) memang
semakin lama semakin baik dan terbukti memperpanjang hidup banyak orang dengan
HIV positif. Namun bagaimanapun juga obat-obat ini harganya mahal dan tetap ada
efek sampingnya. Tidak ada satu obatpun yang menjamin kesembuhan. Selain itu,
adanya jenis HIV yang kebal obat merupakan tantangan tersendiri untuk dunia
penanggulangan HIV dan AIDS.
Mitos yang Ketiga
“Saya bisa terinfeksi HIV dari gigitan nyamuk”
Karena HIV menular melalui darah, banyak orang menjadi salah
persepsi bahwa gigitan nyamuk atau serangga penghisap darah lainnya bisa
menularkan HIV. Beberapa studi yang
dilakukan memperlihatkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung penularan melalui
nyamuk atau serangga pengisap darah lainnya tersebut. Bahkan, di area dengan
nyamuk yang banyak dan kasus HIV yang banyak pun tidak didapatkan penularan
melalui nyamuk. Ketika nyamuk mengigit ternyata dia tidak memasukkan darah
terakhir yang dia hisap ke tempat gigitan yang baru. Jadi, hanya menghisap
saja. Selain itu, HIV juga tidak bertahan hidup lama jika berada dalam tubuh
serangga. Fakta lain yang mendukung bahwa nyamuk tidak dapat menularkan HIV
adalah dari jumlah orang yang terinfeksi HIV itu sendiri. Sebagian besar
persentasenya berada pada usia produktif. Sedangkan, kalau seandainya nyamuk
menularkan HIV maka persentase orang yang terinfeksi harus sama untuk semua
kategori usia.
Mitos yang keempat
“Jika saya HIV positif maka hidup saya sudah berakhir”
Pada awal-awal epideminya, kasus kematian karena AIDS sangat
tinggi. Namun, saat ini, obat-obat anti retroviral memungkinkan orang yang HIV
positif bahkan orang yang sudah pada tahap AIDS untuk hidup lebih lama, normal
dan produktif.
Mitos yang kelima
“AIDS adalah genosida”
Pada satu penelitian yang dilakukan di Amerika Latin, masih
ada 30% orang yang beranggapan bahwa AIDS adalah cara pemerintah untuk
menyingkirkan kaum minoritas. Hal yang sama juga kerap saya temui ketika
memberikan sosialisasi awal tentang HIV di Papua. Banyak yang beranggapan bahwa
HIV dan AIDS adalah cara pemerintah Indonesia untuk menyingkirkan suku asli
Papua. Biasanya hal ini diungkapkan dengan kalimat, “Dulu tidak ada HIV dan
AIDS tapi semenjak pemerintah datang, baru kita tahu ada HIV dan AIDS, itu
kenapa e?”. Nah, kalau sudah ada pertanyaan seperti itu maka pemaparan sejarah
HIV pun kembali ditampilkan. Selain itu, perlu disampaikan juga bahwa dengan adanya
pemeriksaan kesehatan yang lebih baik saat ini merupakan salah satu faktor
ditemukannya semakin banyak kasus HIV di Papua.
Mitos yang keenam
“Saya bukan gay dan tak pernah menggunakan narkoba suntik – pasti saya tak
mungkin terinfeksi HIV”
Dulu memang penyebaran HIV sempat diduga berasal dari
hubungan sejenis terutama laki-laki dengan laki-laki. Namun saat ini
penyebarannya lebih luas. Tidak hanya di kalangan homoseksual namun juga di
kalangan heteroseksual.
Mitos yang ketujuh
“Jika saya sedang menjalani pengobatan, maka saya tak mungkin menularkan HIV”
Ketika pengobatan yang dijalani berjalan dengan baik, maka
jumlah virus dalam darah akan turun hingga tak terdekteksi saat dilakukan
pemeriksaan darah. Penelitian memperlihatkan bahwa virus tersebut ternyata
bersembunyi di bagian tubuh yang lain sehingga lebih baik jika perilaku seks
yang aman tetap diterapkan supaya tidak ada orang lain yang tertular.
Mitos yang kedelapan
“Saya dan pasangan saya keduanya HIV positif, jadi tak masalah kalau tidak
mempraktekkan perilaku seks yang aman”
Walau anda dan pasangan keduanya HIV positif, mempraktekkan
perilaku seks yang aman tetap diperlukan. Misalnya, tetap menggunakan kondom
saat berhubungan seksual dengan pasangan atau menggunakan dental dams saat melakukan seks oral dengan pasangan. Hal ini bisa
mencegah anda terinfeksi lagi oleh jenis HIV yang resisten terhadap obat.
Dental Dams (Sumber: sanctuaryhealth.com) |
Mitos kesembilan
“Saya bisa langsung tahu gejalanya kalau tiba-tiba pasangan saya HIV positif”
Seseorang bisa saja HIV positif dan tidak menunjukkan gejala
selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan anda
HIV positif adalah dengan melakukan pemeriksaan darah.
Mitos kesepuluh “Anda
tak bisa terinfeksi HIV karena melakukan oral seks”
Memang benar kalau oral seks lebih rendah resikonya dibandingkan
dengan tipe hubungan seks yang lain. Tetapi tetap saja ada resiko tertular jika
melakukan hubungan seks secara oral dengan laki-laki atau perempuan yang HIV
positif. Selalu gunakan pelindung lateks saat melakukan hubungan seks secara
oral.
Nah,sudah cukup jelas kan? Beberapa mitos yang paling sering
disampaikan sudah dibahas, namun ternyata ada juga beberapa pernyataan yang
kadang harus diteliti dulu apakah pernyataan tersbut tergolong mitos atau
fakta. Berikut ini akan dibahas apakah pernyataan-pernyataan tersebut tergolong
mitos atau fakta.
Menggunakan dental dams. Sumber: meatincorporated.blogspot.com |
HIV Positif sama
dengan AIDS?
Ini adalah mitos.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menghancurkan sel-sel imun
CD4 tubuh. Sel-sel imun CD4 adalah sel yang bertugas membantu melawan penyakit
yang masuk dalam tubuh. Dengan terapi yang baik, seseorang bisa HIV positif
selama bertahun-tahun atau berpuluh tahun tanpa masuk ke tahap AIDS. Seseorang
didiagnosis AIDS jika dia adalah HIV positif dengan infeksi opportunistik yang
berkembang dalam tubuhnya atau perhitungan CD4 nya turun di bawah 200.
HIV dapat
disembuhkan!
Ini adalah mitos.
Hingga saat ini tidak ada yang dapat menyembuhkan HIV, tetapi pengobatan atau
terapi yang baik dengan ARV dapat menurunkan jumlah virus menjadi sangat rendah
dan membantu memperbaiki sistim imun. Beberapa jenis ARV bekerja menghambat
protein HIV yang dibutuhkannya untuk membelah diri, jenis yang lain bekerja
dengan menghalangi virus masuk ke sel-sel imun dan material genetiknya. Sebelum
memulai pengobatan, tentu dokter akan memperhatikan beberapa hal terkait sistim
imun anda dan jumlah virus dalam tubuh anda.
Siapa saja bisa
terinfeksi HIV!
Betul! Ini adalah fakta.
Hingga September 2014, jumlah total kasus HIV yang didata adalah 150,296 kasus
dan untuk AIDS total 55,799 kasus. Kalau dilihat penyebarannya berdasarkan
golongan umur, maka di semua golongan umur terbukti ada yang menjadi korban,
bahkan hingga masuk tahap AIDS. Dilihat dari cara penyebarannya pun demikian
beragam walau penularan melalui hubungan seks secara heteroseksual masih
merupakan sumber penularan tertinggi. Artinya, siapa saja memang bisa
terinfeksi HIV!
Kasus HIV dan AIDS di Indonesia hingga akhir September 2014. Sumber: spiritia.or.id |
Anda bisa tetap
mempunyai bayi walau HIV positif
Betul! Ini adalah fakta
yang bisa ditemukan saat ini. Walau ibu yang HIV positif berpotensi besar
menularkan ke bayinya, melalui konsultasi dan perencanaan yang baik bersama
dokter, kemungkinan penularan dari ibu ke bayi bisa ditekan hingga minimal
sehingga tak jarang ditemukan walau ibunya HIV positif, bayi yang dilahirkan
bisa HIV negatif.
Pemaparan di atas tentu masih terbatas. Di luar sana masih
banyak mitos-mitos tentang HIV dan AIDS yang masih harus dipatahkan. Dibuktikan
bahwa itu hanya sekedar mitos yang tidak layak dipercaya.
Lalu bagaimana caranya kita memupus mitos-mitos itu?
Pertama, dengan
mencari sumber-sumber literatur yang tepat. Jangan menggunakan informasi yang
didapat dari situs tanya jawab sebagai informasi yang akurat kecuali kalau
dalam situs tanya jawab itu tercantum sumber aslinya dan sumber asli itu sudah
kita cek dan ricek kembali.
Kedua, segera
memperbaiki atau meralat jika kita menemukan ada informasi yang kurang tepat
yang beredar di sekitar kita tentang HIV dan AIDS. Kalau perlu, ajak siapapun
untuk berdiskusi.
Ketiga, gunakan
semua sumber penyebaran informasi yang ada untuk menyebarluaskan informasi
tentang HIV dan AIDS dengan lengkap dan benar. Jika kita memiliki media sosial
seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain, boleh juga kita menyebarkan informasi
yang kita dapatkan ke followers atau sesame rekan pengguna medsos. Lebih mudah
lagi, jika kita mengikuti Facebook KPA Nasional atau Twitter KPA Nasional.
Kalau follow twitternya kan mudah tinggal RT (re-tweet) saja.
Follow Facebook dan Twitter KPAN. Sumber: aidsindonesia.or.id |
Keempat, aktif
dalam forum-forum diskusi tentang HIV dan AIDS. Penanggulangan HIV dan AIDS
saat ini berkembang dengan pesat. Ada terapi jenis baru, misalnya yang mungkin
belum tersebar luas atau belum pernah didiskusikan sebelumnya, bisa langsung
diketahui jika terlibat aktif dalam forum diskusi. Forum-forum diskusi juga
menolong kita untuk sewaktu-waktu bertanya jika menemukan hal-hal sulit dalam
penanggulangan HIV dan AIDS. Pengalaman orang lain yang pernah menghadapi
masalah serupa mungkin bisa diterapkan untuk mengatasi masalah kita. Salah satu forum diskusi yang rutin diselenggarakan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) adalah Pertemuan Nasional AIDS (Pernas AIDS). Tahun ini adalah tahun kelima diselenggarakannya Pernas AIDS tersebut.
Sementara ini 4 langkah itu dulu yang bisa saya sampaikan.
Mungkin pembaca memiliki langkah-langkah berikutnya yang tak kalah penting.
Silahkan dishare ya…
Akhirnya, mari kita pupus mitos dan sebar-luaskan fakta
sehingga makin banyak orang memahami tentang HIV dan AIDS dengan lengkap dan
benar!
Sumber: