Tuesday, June 16, 2015

Inilah Cara Memupus Mitos Seputar HIV dan AIDS!



Dalam dunia penanggulangan HIV dan AIDS, para pegiat sosial sering diperhadapkan dengan berbagai pertanyaan yang kadang sulit dijawab dan kalaupun berhasil dijawab, masih membuat bingung orang yang bertanya.

Hal-hal sulit itu sebenarnya terbagi atas 2 bagian besar yaitu Mitos dan Fakta. Apakah nyamuk bisa menularkan HIV, misalnya, adalah pertanyaan yang terus menerus saya terima ketika melakukan sosialisasi awal tentang HIV dan AIDS entah itu di sekolah atau pada masyarakat umum.

Supaya pembaca lebih paham mengenai mitos-mitos apa saja yang berkembang di dunia penanggulangan HIV  dan AIDS, maka beberapa mitos yang saya sarikan dari beberapa sumber akan kita bahas di sini.

Mitos Pertama “Saya bisa terinfeksi HIV jika berada di sekitar orang yang HIV positif”

Berbagai fakta memperlihatkan bahwa HIV tidak ditularkan melalui sentuhan, air mata, keringat, ataupun air ludah. HIV hanya ditularkan melalui darah, semen (cairan kelamin laki-laki), cairan vagina, dan air susu ibu. Dengan demikian anda tak akan terinfeksi HIV jika melakukan kegiatan-kegiatan berikut:

  1. Menghirup udara bersama-sama dengan orang yang HIV positif
  2. Menyentuh dudukan toilet atau gagang pintu setelah disentuh orang yang HIV positif
  3. Minum dari mata air yang sama yang diminum orang yang HIV positif
  4. Berpelukan, berciuman, atau berjabat tangan dengan orang yang HIV positif
  5. Berbagi peralatan makan bersama orang yang HIV positif
  6. Menggunakan alat-alat olahraga di tempat fitness bersama-sama dengan orang yang HIV positif

Mitos yang Kedua “Saya tak perlu khawatir menjadi HIV positif – obat-obat baru akan menjaga saya tetap sehat”

Betul, obat yang disebut ARV (Anti Retro Viral) memang semakin lama semakin baik dan terbukti memperpanjang hidup banyak orang dengan HIV positif. Namun bagaimanapun juga obat-obat ini harganya mahal dan tetap ada efek sampingnya. Tidak ada satu obatpun yang menjamin kesembuhan. Selain itu, adanya jenis HIV yang kebal obat merupakan tantangan tersendiri untuk dunia penanggulangan HIV dan AIDS.

Mitos yang Ketiga “Saya bisa terinfeksi HIV dari gigitan nyamuk”

Karena HIV menular melalui darah, banyak orang menjadi salah persepsi bahwa gigitan nyamuk atau serangga penghisap darah lainnya bisa menularkan HIV. Beberapa studi  yang dilakukan memperlihatkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung penularan melalui nyamuk atau serangga pengisap darah lainnya tersebut. Bahkan, di area dengan nyamuk yang banyak dan kasus HIV yang banyak pun tidak didapatkan penularan melalui nyamuk. Ketika nyamuk mengigit ternyata dia tidak memasukkan darah terakhir yang dia hisap ke tempat gigitan yang baru. Jadi, hanya menghisap saja. Selain itu, HIV juga tidak bertahan hidup lama jika berada dalam tubuh serangga. Fakta lain yang mendukung bahwa nyamuk tidak dapat menularkan HIV adalah dari jumlah orang yang terinfeksi HIV itu sendiri. Sebagian besar persentasenya berada pada usia produktif. Sedangkan, kalau seandainya nyamuk menularkan HIV maka persentase orang yang terinfeksi harus sama untuk semua kategori usia.

Mitos yang keempat “Jika saya HIV positif maka hidup saya sudah berakhir”

Pada awal-awal epideminya, kasus kematian karena AIDS sangat tinggi. Namun, saat ini, obat-obat anti retroviral memungkinkan orang yang HIV positif bahkan orang yang sudah pada tahap AIDS untuk hidup lebih lama, normal dan produktif.

Mitos yang kelima “AIDS adalah genosida”
Pada satu penelitian yang dilakukan di Amerika Latin, masih ada 30% orang yang beranggapan bahwa AIDS adalah cara pemerintah untuk menyingkirkan kaum minoritas. Hal yang sama juga kerap saya temui ketika memberikan sosialisasi awal tentang HIV di Papua. Banyak yang beranggapan bahwa HIV dan AIDS adalah cara pemerintah Indonesia untuk menyingkirkan suku asli Papua. Biasanya hal ini diungkapkan dengan kalimat, “Dulu tidak ada HIV dan AIDS tapi semenjak pemerintah datang, baru kita tahu ada HIV dan AIDS, itu kenapa e?”. Nah, kalau sudah ada pertanyaan seperti itu maka pemaparan sejarah HIV pun kembali ditampilkan. Selain itu, perlu disampaikan juga bahwa dengan adanya pemeriksaan kesehatan yang lebih baik saat ini merupakan salah satu faktor ditemukannya semakin banyak kasus HIV di Papua.

Mitos yang keenam “Saya bukan gay dan tak pernah menggunakan narkoba suntik – pasti saya tak mungkin terinfeksi HIV”

Dulu memang penyebaran HIV sempat diduga berasal dari hubungan sejenis terutama laki-laki dengan laki-laki. Namun saat ini penyebarannya lebih luas. Tidak hanya di kalangan homoseksual namun juga di kalangan heteroseksual.

Mitos yang ketujuh “Jika saya sedang menjalani pengobatan, maka saya tak mungkin menularkan HIV”

Ketika pengobatan yang dijalani berjalan dengan baik, maka jumlah virus dalam darah akan turun hingga tak terdekteksi saat dilakukan pemeriksaan darah. Penelitian memperlihatkan bahwa virus tersebut ternyata bersembunyi di bagian tubuh yang lain sehingga lebih baik jika perilaku seks yang aman tetap diterapkan supaya tidak ada orang lain yang tertular.

Mitos yang kedelapan “Saya dan pasangan saya keduanya HIV positif, jadi tak masalah kalau tidak mempraktekkan perilaku seks yang aman”

Walau anda dan pasangan keduanya HIV positif, mempraktekkan perilaku seks yang aman tetap diperlukan. Misalnya, tetap menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan atau menggunakan dental dams saat melakukan seks oral dengan pasangan. Hal ini bisa mencegah anda terinfeksi lagi oleh jenis HIV yang resisten terhadap obat.
Dental Dams (Sumber: sanctuaryhealth.com)


Mitos kesembilan “Saya bisa langsung tahu gejalanya kalau tiba-tiba pasangan saya HIV positif”

Seseorang bisa saja HIV positif dan tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan anda HIV positif adalah dengan melakukan pemeriksaan darah.

Mitos kesepuluh “Anda tak bisa terinfeksi HIV karena melakukan oral seks”

Memang benar kalau oral seks lebih rendah resikonya dibandingkan dengan tipe hubungan seks yang lain. Tetapi tetap saja ada resiko tertular jika melakukan hubungan seks secara oral dengan laki-laki atau perempuan yang HIV positif. Selalu gunakan pelindung lateks saat melakukan hubungan seks secara oral.
Nah,sudah cukup jelas kan? Beberapa mitos yang paling sering disampaikan sudah dibahas, namun ternyata ada juga beberapa pernyataan yang kadang harus diteliti dulu apakah pernyataan tersbut tergolong mitos atau fakta. Berikut ini akan dibahas apakah pernyataan-pernyataan tersebut tergolong mitos atau fakta.

Menggunakan dental dams. Sumber: meatincorporated.blogspot.com


HIV Positif sama dengan AIDS?

Ini adalah mitos. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menghancurkan sel-sel imun CD4 tubuh. Sel-sel imun CD4 adalah sel yang bertugas membantu melawan penyakit yang masuk dalam tubuh. Dengan terapi yang baik, seseorang bisa HIV positif selama bertahun-tahun atau berpuluh tahun tanpa masuk ke tahap AIDS. Seseorang didiagnosis AIDS jika dia adalah HIV positif dengan infeksi opportunistik yang berkembang dalam tubuhnya atau perhitungan CD4 nya turun di bawah 200.

HIV dapat disembuhkan!

Ini adalah mitos. Hingga saat ini tidak ada yang dapat menyembuhkan HIV, tetapi pengobatan atau terapi yang baik dengan ARV dapat menurunkan jumlah virus menjadi sangat rendah dan membantu memperbaiki sistim imun. Beberapa jenis ARV bekerja menghambat protein HIV yang dibutuhkannya untuk membelah diri, jenis yang lain bekerja dengan menghalangi virus masuk ke sel-sel imun dan material genetiknya. Sebelum memulai pengobatan, tentu dokter akan memperhatikan beberapa hal terkait sistim imun anda dan jumlah virus dalam tubuh anda.

Siapa saja bisa terinfeksi HIV!

Betul! Ini adalah fakta. Hingga September 2014, jumlah total kasus HIV yang didata adalah 150,296 kasus dan untuk AIDS total 55,799 kasus. Kalau dilihat penyebarannya berdasarkan golongan umur, maka di semua golongan umur terbukti ada yang menjadi korban, bahkan hingga masuk tahap AIDS. Dilihat dari cara penyebarannya pun demikian beragam walau penularan melalui hubungan seks secara heteroseksual masih merupakan sumber penularan tertinggi. Artinya, siapa saja memang bisa terinfeksi HIV!

Kasus HIV dan AIDS di Indonesia hingga akhir September 2014. Sumber: spiritia.or.id

Anda bisa tetap mempunyai bayi walau HIV positif

Betul! Ini adalah fakta yang bisa ditemukan saat ini. Walau ibu yang HIV positif berpotensi besar menularkan ke bayinya, melalui konsultasi dan perencanaan yang baik bersama dokter, kemungkinan penularan dari ibu ke bayi bisa ditekan hingga minimal sehingga tak jarang ditemukan walau ibunya HIV positif, bayi yang dilahirkan bisa HIV negatif. 

Pemaparan di atas tentu masih terbatas. Di luar sana masih banyak mitos-mitos tentang HIV dan AIDS yang masih harus dipatahkan. Dibuktikan bahwa itu hanya sekedar mitos yang tidak layak dipercaya. 

Lalu bagaimana caranya kita memupus mitos-mitos itu?

Pertama, dengan mencari sumber-sumber literatur yang tepat. Jangan menggunakan informasi yang didapat dari situs tanya jawab sebagai informasi yang akurat kecuali kalau dalam situs tanya jawab itu tercantum sumber aslinya dan sumber asli itu sudah kita cek dan ricek kembali.

Kedua, segera memperbaiki atau meralat jika kita menemukan ada informasi yang kurang tepat yang beredar di sekitar kita tentang HIV dan AIDS. Kalau perlu, ajak siapapun untuk berdiskusi.

Ketiga, gunakan semua sumber penyebaran informasi yang ada untuk menyebarluaskan informasi tentang HIV dan AIDS dengan lengkap dan benar. Jika kita memiliki media sosial seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain, boleh juga kita menyebarkan informasi yang kita dapatkan ke followers atau sesame rekan pengguna medsos. Lebih mudah lagi, jika kita mengikuti Facebook KPA Nasional atau Twitter KPA Nasional. Kalau follow twitternya kan mudah tinggal RT (re-tweet) saja.

Follow Facebook dan Twitter KPAN. Sumber: aidsindonesia.or.id


Keempat, aktif dalam forum-forum diskusi tentang HIV dan AIDS. Penanggulangan HIV dan AIDS saat ini berkembang dengan pesat. Ada terapi jenis baru, misalnya yang mungkin belum tersebar luas atau belum pernah didiskusikan sebelumnya, bisa langsung diketahui jika terlibat aktif dalam forum diskusi. Forum-forum diskusi juga menolong kita untuk sewaktu-waktu bertanya jika menemukan hal-hal sulit dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Pengalaman orang lain yang pernah menghadapi masalah serupa mungkin bisa diterapkan untuk mengatasi masalah kita. Salah satu forum diskusi yang rutin diselenggarakan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) adalah Pertemuan Nasional AIDS (Pernas AIDS). Tahun ini adalah tahun kelima diselenggarakannya Pernas AIDS tersebut.

Sementara ini 4 langkah itu dulu yang bisa saya sampaikan. Mungkin pembaca memiliki langkah-langkah berikutnya yang tak kalah penting. Silahkan dishare ya… 

Akhirnya, mari kita pupus mitos dan sebar-luaskan fakta sehingga makin banyak orang memahami tentang HIV dan AIDS dengan lengkap dan benar!

Sumber: